Aku pikir ini adalah tulisan terakhirku dibulan ini, yah tulisan terakhir yang tercipta dari hati yang ditulis dengan sangat hati-hati. Aku tak tau kenapa aku merasa agak melankoli malam ini, ku coba mengelilingi kota Jogja dengan harapan semua ini tidak semakin lahapnya menggerogoti jiwa. Aku melihat lampu-lampu kerucut dan arus Jogja dengan warna baru seolah-olah semuanya diterjemahkan sebagai satu kombinasi. Mengajakku untuk menatap semua sebagai wajah baru, semuanya terasa mesra tapi kosong seolah-olah aku merasa diriku yang lepas walaupun bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. 'Ntahlah aku sangat membutuhkan teman bicara akhir-akhir ini. Menulispun rasanya capek luar biasa, atau mungkin aku sedang muak dan sudah tidak punya inspirasi apa-apa lagi. Sejujurnya sampai saat ini perasaan kecewa yang amat kuat menguasaiku, aku ingin memberikan satu rasa semangat pada diri sendiri tapi rupanya aku terlambat.
Waktu cepat berlalu, aku benar-benar merindukan masa dimana sahabat-sahabatku biasa bercanda, marah, tertawa bersama. Tapi rupanya mereka semua telah pergi. Biarlah.. lebih baik aku terasing, rasanya akan lebih menemukan makna atas hidup yang telah digariskan Yang Maha Hidup. Terima kasih buat kalian yang pernah baik padaku. Terima kasih juga telah menyarankan agar tidak menyerah pada kekecewaan. Akan selalu kutanam, KALAU HANYA MENUNGGU NASIB KITA TIDAK AKAN PERNAH TAHU KESEMPATAN APA YANG KITA MILIKI DALAM DUNIA INI--INNALLAAHA LAA YUGHAYYIRU MAA BIQAUMIN HATTAA YUGGHAYYIRU MAA BI'ANFUSIHIM (Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum dia merubah nasibnya sendiri). Dan akhirnya semua akan tiba pada hari yang biasa…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar