Al-Malikah, sang primadona dari Bani Israil, adalah seorang pelacur kelas tinggi. Tarifnya mencapai 100 dinar sekali pakai. Cantik memang, sampai Abid, seorang pemuda dari negeri seberang, tergila-gila padanya. Sayangnya, Abid tak punya uang sebanyak itu, untuk menggaet Al-Malikah.
Oleh karena hati sudah tergila-gila, diperas tenaganya untuk mengumpulkan uang sebanyak itu. Sang primadona itu harus takluk dipelukannya, begitu tekad bulat Abid.
Dengan mengantungi uang 100 dinar, Abid menemui Al-Malikah pujaannya. "Silahkan masuk," kata Al-Malikah manis. Mendengar ajakan pujaannya, Abid pun lalu melangkahkan kakinya ke kamar Al-Malikah. Hari itu keinginannya akan terpenuhi, uang 100 dinar sudah di kantongnya.
Tapi apa yang terjadi, tiba-tiba tubuh Abid jadi gemetar. Peluh dinginnya menetes di sekujur tubuhnya. Ketika pelacur itu memeluknya, Abid justru berusaha melepaskan diri sambil berteriak "Lepaskan aku, dan ambillah uang 100 dinar untukmu," ujar Abid, seraya bangkit dari ranjang pelacur itu
"Mengapa engkau tiba-tiba menjadi begini?" tanya Al-Malikah
"Aku takut kepada Allah, bagaimana aku mempertanggungjawabkan perbuatan maksiatku nanti," ujarnya.
Mendengar jawaban itu, tertegunlah Al-Malikah di ranjangnya. Nalurinya tersentuh oleh lelaki yang duduk di dekatnya. Suatu peristiwa aneh yang tak pernah dialaminya selama ini. Tak terasa air matanya meleleh di pipi. Terbayang sejuta dosa, yang selama ini dilakukannya sebagai pelacur yang hina
"Aku tertarik kepadamu, jadikanlah aku istrimu," kata Al-Malikah tersedu
"Tidak, aku akan meninggalkan tempat ini" jawab Abid
"Jangan kau pergi, kecuali kau berjanji akan mengawiniku"
"Baiklah" ujar Abid singkat, sambil meninggalkan kamar maksiat itu
Begitu Abid meninggalkan kamarnya, pelacur Al-Malikah sudah bertekad akan meninggalkan profesinya selama-lamanya.
Ia merasa menyesal dan ingin bertaubat. Dilangkahkan kakinya mencari Abid, seorang lelaki yang menyadarkan dirinya dari lumuran dosa dan maksiat. Tekadnya sudah bulat, ia harus menikah dengan Abid yang shaleh itu.
Sebaliknya, mendengar Al-Malikah datang ke negerinya untuk mencarinya, Abid menjadi ketakutan, karena takutnya, Abid menjadi jatuh pingsan, dan meninggal dunia. Menangislah Al-Malikah, melihat lelaki pujaannya meninggal sebelum menikah dengannya: "Jika aku tak berhasil menikah dengan Abid, aku ingin dinikahi saudaranya," sumpah Al-Malikah, yang terdorong pleh keinginan untuk menebus dosa-dosanya selama ini.
Seorang Abid memberitahu Al-Malikah bahwa saudara Abid adalah laki-laki yang miskin. Hendaklah ia berpikir matang agar tak menyesal nantinya.
"Walaupun dia orang miskin, aku tetap ingin menikah dengannya, sebagai rasa cintaku pada saudaranya. Kepadanya pula aku berharap dibimbing ke jalan yang diridhai-Nya" tegas Al-Malikah meyakinkan teman Abid tersebut. Akhirnya, Al-Malikah bekas pelacur kelas tinggi yang sudah insyaf itupun menikah dengan saudara Abid, seorang lelaki yang miskin. Allah telah membuka hati wanita itu, dengan taufik dan hidayahNya. Berbahagialah sang primadona itu, karena Allah telah melimpahkan kebahagiaan kepada-Nya, dan memilihnya untuk melahirkan beberapa orang nabi Bani Israel dari rahimnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar